Selasa, 21 Januari 2014

ANALISIS SWOT PT. MULTI FURNITURE GLOBAL



ANALISIS SWOT PT. MULTI FURNITURE GLOBAL


                       Fakator Eksternal



          Faktor Internal


                                 Opportunity (O)

1.      Terbukanya pasar ekspor, sehingga membuka peluang dari usaha furniture ini dan nantinya akan di kembangkan untuk masa mendatang.
2.      Pangsa pasar Indonesia sangat besar, sebagian penduduk terdiri dari menengah kebawah dan akan lebih potensial untuk berkembang.
3.      Maraknya pembangunan rumah hunian dan perkantoran, sehingga meningkatkan demand atas kebutuhan furniture.
4.      Perkembangan teknologi yang semakin maju, sehingga memudahkan dalam memperkenalkan dan mengembangkan produk secara lebih luas.
Threats (T)

1.      Persaingan dengan produk furniture murah yang di impor dari China dan Vietnam, dengan kualitas yang hampir sama dan harga lebih murah akan menarik minak konsumen.
2.      Krisis ekonomi global menurunkan permintaan konsumen.
3.      Tingginya harga bahan baku akibat pengaruh naiknya nilai tukar rupiah terhadap dollar.
4.      Perekonomian Indonesia belum stabil, tentu saja hal ini dikarenakan laju inflasi yang cukup tinggi.
Strenghts (S)

1.      Kualitas mutu yang terjaga, pengerjaan dilakukan dan juga diperhatikan agar produk yang dihasilkan lebih rapi, kuat dan tahan lama.
2.      Harga jual yang kempetitif, dapat bersaing dengan produk pesaing, agar pelanggan akan lebih diringankan dalam hal biaya dan perusahaan dapat menjaga angka penjualannya.
3.      Mempunyai tempat dan lokasi yang strategis, agar lebih memudahkan pemasaran produk.
4.      Sumber daya keuangan yang memadai, sehingga hal-hal yang bersifat financial perusahaan berjalan dengan lancar.
Strategi (S-O)

1.      Meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas mutu sumber daya manusia, baik dalam desain produk dan proses produksi dari tangan-tangan pekerja yang professional. (S1,S2,O1,02)
2.      Membuka lebih banyak  toko penjualan  dan menyediakan varian produk-produk yang terjangkau oleh konsumen sekitar. (S3,03)
3.       Memperluas daerah pemasaran dan jalur distribusi ke area geografis yang baru dan juga menyediakan pelayanan melalui media internet. (S4,04)
Strategi (S-T)

1.      Bersedia berkompetisi dengan competitor agar mengurangi para pesaing yang masuk dan juga akan meningkatkan pengetahuan baru dari berbagai competitor. (S1,S2,S3,T1)
2.      Menyediakan  persedian bahan baku sebanyak mungkin dalam kebutuhan masa panjang atau menegah atau hal-hal lain yang berpengaruh terhadap harga. (S4,T3,T4)
Weakness (W)

1.      Jaringan distribusi yang kurang luas, sangat terbatas hanya di beberapa kota besar yang ada di pulau jawa.
2.      Jenis kayu yang digunakan sangat terbatas, umumnya memakai bahan kayu karena maraknya kebakaran hutan dan penebangan liar.
3.      Tidak memelihara hubungan jangka panjang dengan pelanggan, dimana kontak antara perusahaan dengan pelanggan hanya terjadi pada saat transaksi.
4.      Tenaga kerja yang professional  terbatas, akibatnya dalam pengerjaan proyek dari  konsumen membutuhkan waktu yang cukup lama
Strategi (W-O)

1.      Menambah unit alat-alat transportasi, yang bisa diandalkan dan mencapai berbagai jarak serta mencari relasi perusahaan yang bisa diajak untuk bekerja sama. (W1,O1)
2.      Memulai rencana untuk mempunyai lahan ataupun perkebungan milik perusahaan agar tidak tergantung dengan pihak lain. (W2,03)
3.      Meneydiakan event-avent tahunan disetiap took-toko penjualan, agar bisa menjalin hubungan yang baik dengan para pelanggan. (W3,O2)
4.      Menyediakan tempat pelatihan bagi para pekerja agar lebih terampil baik dalam penggunaan teknologi maupun proses –proses lainnya. (W4,O4)
Strategi (W-T)

1.      Lebih mengutamakan penambahan jalur distribusi dalam negri serta kualitas produk dibanding memikirkan pesaing asing. (W1,TI)
2.      Menyesuaikan jenis kayu serta design produk yang sesuai dengan harga atau anggaran konsumen. (W2,T2,T3)
3.      Membentuk suatu organisasi yang terbuka untuk para pelanggan maupun karyawan dalam bentuk kegiatan social. (W3,W4,T4)

PROPOSAL PENELITIAN




PROPOSAL  PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KELELAHAN     KERJA OPERATOR GERBANG TOL TERHADAP PROSES PELAYANAN BERDASARKAN TINGKAT VOLUME ARUS KENDARAAN


Disusun Oleh:
Nama/NPM                   :    1.   Nofrizal Deffo Saputra  / 38411215
2.      Frans Simon Pasaribu   /  38411519
3.      Surya Saputra                /  36411951
Kelas                             :  3ID02

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2014
 




BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah
Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari berbagai macam jenis pekerjaan, dengan bekerja merupakan suatu usaha untuk mendapatkan uang agar kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Semakin tinggi kebutuhan maka semakin tinggi pula usaha yang diperlukan untuk mencapai kebutuhan  tersebut. Melakukan suatu pekerjaan tentunya membutuhkan tenaga dan juga kesehatan yang mendukung, agar pekerjaan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Tingginya tuntutan kerja terkadang tidak mengimbangi dengan kapasitas kemampuan manusia, padahal manusia mempunyai kemampuan yang terbatas dalam melakukan pekerjaan. Manusia  dalam bekerja terkadang ada yang bekerja terlalu cepat dan ada juga yang terlalu lambat, bagi pekerja yang terlalu cepat ini akan memicu terjadinya kelelahan kerja, hal ini akan berdampak pada efesiensi kerja, penurunan motivasi kerja dan juga penurunan produktivitas perusahaan. Elemen-elemen tersebut saling berkaitan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, performansi kerja, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja. Kontraksi otot rangka yang lama dan kuat, maka proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supply energi yang dibutuhkan serta membuang sisa metabolisme khususnya asam laktat. Asam laktat yang banyak dari persediaan ATP terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot ketika berkontraksi, maka otot akan menekan pembuluh darah dan membawa oksigen sehingga menyebabkan terjadinya kelelahan bagi pekerja.
Masalah kelelahan kerja ini di terapkan pada operator yang bekerja di gerbang tol untuk melayani para pengguna jalan dalam pembayaran tol. Kelelahan kerja bagi operator jalan tol dapat terlihat dari kesibukan kerja yang dilakukan, Khusus untuk dititik-titik tertentu terdapat betapa padat dan panjangnya antrian yang terjadi digerbang tol, hal ini disebabkan karena bayaknya para pengguna jalan tol, Masalah seperti ini akan berdampak kepada operator gerbang tol untuk harus melayani para pengguna satu-persatu, jenis pekerjaan yang menoton secara terus menerus akan menyebabkan rasa bosan dan juga kelelahan bagi operator gerbang tol. Semakin banyak gerakan maka semakin banyak tenaga yang dikeluarkan. Timbulnya rasa lelah dalam diri operator merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan yang dialami oleh tubuh operator tersebut sehingga terjadinya ketidaknyamanan dalam bekerja. Hal ini berdampak terhadap efisiensi dalam memberikan pelayanan kepada para pengguna jalan tol
Walau demikian diperlukan keseimbangan antara masukan sumber datangnya kelelahan tersebut dengan jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses pemulihan. Mengelola kelelahan kerja bisa dilakukan setiap individu atau secara terorganisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja para operator atau individu agar lebih efisien. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian tentang analisis faktor-faktor penyebab kelelahan kerja operator gerbang tol terhadap proses pelayanan berdasarkan tingkat volume arus kendaraan. Penelitian ini dilakukan diharapkan dapat mempeberikan pengetahuan dan menginspirasi para pembaca ataupun pihak-pihak lainnya
1.2         Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan inti dari permasalahan berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam  menyelesaikan setiap permasalahan. Dalam penelitian ini penulis mencoba merumuskan persoalan dalam bentuk beberapa pertanyaan yang terdiri sebagai berikut:
1.      Bagaimana pengaruh kelelahan kerja operator jalan tol terhadap proses pelayanan berdasarkan tingkat volume arus kendaraan
2.      Bagaiman  proses terjadinya kelelahan kerja pada operator gerbang tol
3.      Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja pada operator gerbang tol
4.      Bagaimana perlakuan dan tindakan yang sesuai kepada operator selama berada digerbang tol
5.      Bagaimana tingkat kelelehan kerja tersebut terjadi pada operator gerbang tol
6.      Bagaimana dampak kelelahan kerja operator gerbang terhadap performansi kerja.
1.3     Batasan Masalah
Pembatasan masalah sangat diperlukan demi kesempurnaan penelitian dan juga penelitian yang dilakukan sungguh - sungguh objektif. Berdasarkan permasalahan yang ada maka dalam penelitian ini terdapat batasan-batasan untuk lebih memfokuskan pada pembahasan. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini terdiri dari sebagai berikut:
1.      Objek yang diteliti hanya oprator gerbang tol
2.      Keluhan yang diteliti hanya tentang kelelahan kerja pada operator gerbang tol

1.4         Tujuan
Tujuan penelitian merupakan hal yang paling mendasar yang dilakukan dalam penelitian. Adapun tujuan dari penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui hubungan faktor-faktor penyebab kelelahan terhadap proses pelayanan berdasarkan tingkat volume arus kendaraan
2.      Mengetahui proses terjadinya kelelahan yang terjadi pada operator gerbang tol
3.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja pada operator gerbang tol
4.      Mengertahui perlakuan dan tindakan yang sesuai kepada operator selama berada digerbang tol
5.      Mengetahui tingkat kelelahan kerja tersebut yang terjadi pada operator gerbang tol
6.      Mengetahui dampak kelelahan kerja operator terhadap performasi kerja

1.5         Kegunaan Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini semoga bermanfaat oleh beberapa pihak baik bagi penulis, bagi perusahaan maupun bagi pihak-pihak lain yang berkenan tentang penelitian ini
1.      Manfaat akademis
Penelitian ini dilakukan sebagai tugas untuk mengikuti perkulian dalam mata kuliah perencanaan eksperimen, sehingga dengan penelitian ini diharapkan penulis dan berbagai pihak lebih memehami dari penelitiam yang dilakukan.
2.      Manfaat bagi pembaca
Hasil dari penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi para pembaca, agar lebih memberikan pemahaman dan juga pengetahuan tentang hal-hal serta masalah yang dirasakan pada saat bekerja
3.      Manfaat bagi peneliti
Sebagai sarana untuk meningkatkan pengalaman meneliti, serta untuk meningkatkan wawasan dan juga kepekaan terhadap permasalahan yang terkait dengan bidang keilmuan teknik industri


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Pengertian kelelahan
Defenisi tentang kelelahan mempunyai beberapa pendapat yang berbeda-beda dari beberapa para ahli, namun memiliki maksud yang sama. Berikut ini merupakan pengerti dari kelelahan menurut beberapa para ahli yang terdiri dari sebagai berikut:
                 Menurut Suma’mur P.K.(1996), kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.
                 Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk.(2000), kelelahan (fatigue) merupakan suatu perasaan yang bersifat subyektif.Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan.
                             Menurut Eko Nurmianto (2003), kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statispun (static muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive).

2.2         Konsep Kelelahan Kerja
Kontraksi otot rangka yang lama dan kuat, dimana proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supply energi yang dibutuhkan serta membuang sisa metabolisme, khususnya asam laktat. Jika asam laktat yang banyak dari persediaan ATP terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot ketika berkontraksi, otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen sehingga menyebabkan terjadinya kelelahan (Gempur Santoso, 2004).
Konsep kelelahan dewasa ini, sesudah dilakukan percobaan-percobaan yang luas terhadap manusia dan hewan, menyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri, yang dipengaruhi oleh 2 sistem antagonistik, yaitu sistem menghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat pada thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk mengantuk. Adapun sistem penggerak terdapat dalam formation retikularis yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan dalam tubuh kearah bekerja, berkelahi, melarikan diri dan lain-lain (Gempur Santoso, 2004).

2.3         Jenis Kelelahan
Menurut Muchinsky (1987) menyatakan empat tipe kelelahan kerja yang terdiri dari sebagai berikut:
1.      Kelelahan otot (muscular fatigue)
Kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas yang membutuhkan tenaga fisik yang banyak dan berlangsung lama. Tipe ini berhubungan dengan perubahan biokimia tubuh dan dirasakan individu dalam bentuk sakit yang akut pada otot. Kelelahan ini dapat dikurangi dengan mendesain prosedur kerja baru yang melindungi individu dari pekerjaan yang terlalu berat, misalnya dengan mendesain ulang peralatan atau penemuan alat-alat baru serta melakukan sikap kerja yang lebih efisien.
2.      Kelelahan mental (mental fatigue)
Kelelahan yang berhubungan dengan aktivitas kerja yang monoton. Kelelahan ini dapat membuat individu kehilangan kendali akan pikiran dan perasaan, individu menjadi kurang ramah dalam berinteraksi dengan orang lain, pikiran dan perasaan yang seharusnya ditekan karena dapat menimbulkan konflik dengan individu lain menjadi lebih mudah diungkapkan. Kelelahan ini diatasi dengan mendesain ulang pekerjaan sehingga membuat karyawan lebih bersemangat dan tertantang untuk menyelesaikan pekerjaan.

3.      Kelelahan emosional (emotional fatigue)
Kelelaha ini dihasilkan dari stres yang hebat dan umumnya ditandai dengan kebosanan. Kelelahan ini berasal dari faktor-faktor luar di tempat kerja, perusahaan dapat mengatasi kelelahan ini dengan memberikan pelayanan konseling bagi karyawan agar kelelahan emosional yang dirasakan karyawan dapat teratasi dan performansi kerja karyawan meningkat.
4.      Kelelahan ketrampilan (skills fatigue)
Kelelahan yang berhubungan dengan menurunnya perhatian pada tugas-tugas tertentu seperti tugas pilot atau pengontrol lalu lintas udara. Pada kelelahan tipe ini standar akurasi dan penampilan kerja menurun secara progresif. Penurunan ini diperkirakan menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan mobil dan pesawat terbang, sehingga karyawan harus selalu diawasi dan diupayakan agar terhindar dari kelelahan ini dengan pemberian waktu istirahat yang cukup
1.4              Proses Terjadi Kelelahan
Berdasarkan proses terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan menjadi 2 yaitu :
1.        Kelelahan Otot
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk. (2000), kelelahan otot adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat kontraksi yang berulang. Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang disebut dengan kelelahan otot.Otot yang lelah menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi bergetar. Gejala kelelahan otot dapat terlihat dan tampak dari luar (external signs). Dalam beberapa pekerjaan, kelelahan otot ditandai dengan :
a.  Menurunnya ketinggian beban yang mampu diangkat.
b. Merendahnya kontraksi dan relaksasi.
c. Interval antara stimulusdan awal kontraksi menjadi lebih lama.
2.    Kelelahan Umum
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk. (2000) kelelahan umum adalah suatu perasaan yang menyebabkan yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas. Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi antara lain :
a.  Lelah pada organ penglihatan.
b.  Mengantuk
c.  Stress menyebabkan pikiran tegang.
d.  Rasa malas bekerja.
e.  Menurunnya motivasi kerja yang diakibatkan oleh kelelahan fisik dan psikis.
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk. (2000) jenis kelelahan umum adalah terdiri dari beberapa hal yaitu:
a.       Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya mata.
b.      Kelelahan seluruh tubuh, karena beban fisik bagi seluruh organ tubuh.
c.       Kelelahan mental, karena pekerjaan yang bersifat mental dan intelektual.
d.      Kelelahan syaraf, karena terlalu tertekannya sistem psikomotorik.
e.       Kelelahan kronis, karena terjadi kelelahan dalam waktu panjang.
f.       Kelelahan siklus hidup, bagian dari irama hidup siang dan malam.
Menurut Grandjean (1988) disamping kelelahan otot dan kelelahan umum, juga mengklasifikasikan kelelahan kedalam 7 bagian yaitu :
a.       Kelelahan visual, yaitu meningkatnya kelelahan mata.
b.      Kelelahan tubuh secara umum, yaitu kelelahan akibat beban fisik yang berlebihan.
c.       Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan mental atau intelektual.
d.      Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh tekanan berlebihan pada salah satu bagian sistem psikomotor, seperti pada pekerjaan yang membutuhkan keterampilan.
e.       Pekerjaan yang bersifat monoton.
f.       Kelelahan kronis, yaitu kelelahan akibat akumulasi efek jangka panjang.
g.      Kelelahan sirkadian, yaitu bagian dari ritme siang-malam, dan memulai periode

1.5              Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja
Menurut Siswanto (1991) terdapat faktor penyebab kelelahan kerja. Adapun hal yang berkaitan dengan beberapa hal sebagai berikut:
a.       Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan.
b.      Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik yang kronis atau menahun.
c.       Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.
d.      Status kesehatan dan status gizi.
e.       Monoton yaitu pekerjaan atau lingkungan kerja yang membosankan.           
Sedangkan Menurut Grandjean(1995) penyebab terjadinya kelelahan kerja antara lain sebagai berikut :
a.       Intensitas dan lama kerja mental dan fisik.
b.      Lingkungan yaitu iklim, penerangan, kebisingan, getaran, dan lain-lain.
c.       Circadian rhytm atau jam biologis yaitu jam tidur digunakan untuk kerja.
d.      Problem fisik yaitu berupa tanggung jawab, kekhawatiran konflik.
e.       Kenyerian dan kondisi kesehatan, tidak fit sehingga cepat lelah.
f.       Nutrisi, yaitu apabila nutrisi pekerja kurang maka akan cepat mengalami kelelahan.

2.6       Gejala Kelelahan Kerja
Gilmer (1966) menyebutkan bahwa gejala-gejala kelelahan terdiri dari dua faktor yang terdiri dari sebagai berikut:
1.      Gejala yang Mungkin Berakibat pada Pekerjaan
Gejala kelelahan kerja yang mungkin berakibat pada pekerjaan, seperti :
a.       Penurunan kesiagaan dan perhatian.
b.      Penurunan dan hambatan persepsi.
c.       Cara berpikir atau perbuatan anti sosial.
d.      Tidak cocok dengan lingkungan.
e.       Depresi
f.        Kurang tenaga
g.      Kehilangan inisiatif
2.      Gejala Umum yang Sering Menyertai Gejala diatas
Gejala kelelahan kerja bisa disertai dengan gejala-gejela umum, seperti :
a.       Sakit kepala
b.      Vertigo
c.       Gangguan fungsi paru dan jantung.
d.      Kehilangan nafsu makan.
e.       Gangguan pencernaan
Sedangkan menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk.,(2000) mempunyai gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subyektif dan obyektif antara lain :
a.       Perasaan lesu, ngantuk, dan pusing.
b.      Kurang mampu berkonsentrasi.
c.       Berkurangnya tingkat kewaspadaan.
d.      Persepsi yang buruk dan lambat.
e.       Berkurangnya gairah untuk bekerja.
f.       Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.

2.7              Akibat Kelelahan Kerja
Menurut Menurut Suma’mur PK (1989) kelelahan kerja dapat mengakibatkan penurunan kewaspadaan, konsentrasi dan ketelitian sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Sedangkan menurut AM. Sugeng Budiono (2000) kelelahan kerja dapat mengakibatkan penurunan produktivitas.Jadi kelelahan kerja dapat berakibat menurunnya perhatian, perlambatan dan hambatan persepsi, lambat dan sukar berfikir, penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja, menurunnya efisiensi dan kegiatan-kegiatan fisik dan mental yang pada akhirnya menyebabkan kecelakan kerja dan terjadi penurunan poduktivitas kerja.


2.8              Pengukuran Kelelahan
Menurut (Tarwaka, 2010)  sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indiktor yang menunjukan kelelahan akibat kerja
1. Uji Performa Mental
Uji performa mental meliput yang terdiri dari sebagai berikut:
a.       Masalah aritmatika.
b.      Uji konsentrasi (crossing-out tes).
c.       Uji estimasi (dengan uji estimasi interfal waktu).
d.      Uji memori atau ingatan.
Pada uji ini seseorang dipacu untuk menentukan dan mengeluarkan tanda-tanda kelelahan. Faktor lain yang berpengaruh adalah pelatihan dan pengalaman. Apabila uji ini terus dilakukan maka gejala kelelahan akan muncul dengan sendirinya (Grandjean, 1997)
2. Uji Schneider
Dalam penelitiannya dokter Soetomo, (1981) beliau memaparkan bahwa dalam melakukan uji ini harus mempertimbangkan 6 hal:
a.       Frekuensi nadi dalam sikap berbaring
b.      Frekuensi nadi dalam sikap berdiri
c.       kenaikan antara Frekunsi nadi saat berdiri dan saat berbaring
e.       Kenaikan nadi setelah suatu kerja tertentu
f.       Waktu yang diperlukan nadi untuk kembali normal setelah melakukan kerja tersebut.
g.      Perubahan tekanan sistol pada saat berbaring dan berdiri
Keenam variabel diatas kemudian diberi nilai bekisar +3 dan -3 yang kemudian diklasifikasikan sebagai berikut:




Tabel 2.1 Uji Schneider
Skor
Penilaian
Nilai <7
unstatisfactory
Nilai 8-7
Doubfull
Nilai 10-9
Fair
Nilai 13-11
Very good
Nilai 18-14
Excellent

3. Kualitas dan kuantitas kerja
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai suatu jumlah proses kerja (waktu yang digunakan dalam setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Kelelahan dan rata-rata jumlah produksi tentunya saling berhubungan. Namun uji ini tidak dapat dilakukan secara langsung mengingat banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan seperti: target produksi, faktor sosial dan psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah merupakan causal factor
4. Uji Psiko-motor (Psychomotor test)
Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian rangsang sampai pada suatu saat kesadaran atau dilaksanakanya kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Kelemahan dari uji ini ialah muncul suatu kenyataan bahwa pada uji ini sering sekali membuat permintaan yang sulit pada subjek yang diteliti, sehingga dapat meningkatkan ketertarikan
5. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)
Frekuensi kerlingan mulus (Flicker-fusion frecuensi) dari mata adalah kemampuan mata untuk membedakan cahaya berkedip dengan cahaya yang dipancarkan secara terus-menerus.Cara menguji kelelahan denagn metode hilangnya kelipan adalah sebagai berikut: responden yang hendak diteliti didudukan didepan sumber cahaya yang berkedip. Kedipan kemudian dari lambat (frekuensi rendah), kemudian perlahan-lahan dinaikan semakin cepat. Dan cahaya tersebut bukan lagi dianggap cahaya terputus-putus, melainkan cahaya kontiniu (mulus). Frekuensi batas atau ambang dari kelipan itulah yang disebut “frekuensi
kelipan mulus”. Bagi orang yang tidak lelah, frekuensi ambang bernilai 2 Hz jika
menggunakan cahaya pendek atau 0.6 Hz. Pada orang yang lelah sekali atau setelah menghadapi pekerjaan monoton, angka frekunsi kerling mulus bias antara 0.5 Hz atau dibawah dari angka frekuensi kerling mulus orang yang tidak lelah (Suyanto, 2009).
6. Pengukuran kelelahan secara subjektif
Kuesioner kelelahan subjektif (Subjectif Self Rating Test) dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) merupakan salah satu kuesioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan subjektif. Berisi 30 daftar pertanyaan dimana pernyataan nomor 1 sampai 10 mengenai pelemahan kegiatan, pertanyaan 11 sampai 20 pelemahan motivasi dan pertanyaan 21 sampai 30 untuk gambaran kelelahan fisik. Dimana setiap pertanyaan diberi scoring dengan skala Likert (4 Skala) dimana:
- Skor 1 = Tidak pernah merasakan
- Skor 2 = Kadang-kadang merasakan
- Skor 3 = Sering merasakan
- Skor 4 = Sering sekali merasakan
            Dimana untuk menentukan klasifikasi kelelahan subjektif berdasarkan total skor individu menggunakan pedoman sebagai berikut (Tarwaka, 2010).
Tabel 2.2  Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif
Tingkat Kelelahan
Total Individu
Skor Klasifikasi Kelelahan
1
30-52
Rendah
2
53-75
Sedang
3
76-98
Tinggi
4
99-120
Sangat Tinggi


7. Beban Kardiovaskuler (cardiovascular load = %CVL)
 Denyut nadi merupakan salah satu variabel fisiologis tubuh yang menggambarkan tubuh dalam keadaan statis atau dinamis. Oleh karena itu denyut
nadi dipakai sebagai salah satu indicator yang dipakai untuk mengetahui berat ringanya beban kerja seseorang. Semakin berat beban kerja, maka akan semakin
pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis lainya (Azizah, 2005).
            Beban Kardiovaskuler (cardiovascular load = %CVL) adalah perbandingan antara peningkatan denyut nadi kerja dengan denyut nadi maksimum, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Grandjean dalam Tarwaka (2010), mendefinisikan beberapa jenis denyut nadi yaitu sebagai berikut:
1. Denyut Nadi Istirahat: adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan
dimulai
2. Denyut Nadi Kerja: adalah rerata denyut nadi selama bekerja
3. Nadi Kerja: adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi
kerja.
Dimana untuk menentukan %CVL diketahui bahwa denyut nadi maksimum adalah 220/menit (-umur) untuk laki-laki dan 200- umur/menit untuk wanita. Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut (Tarwaka,2010).
Tabel 2.3  Klasifikasi Berdasarkan Cardiovaskular Load (%CVL)
% CVL
100 Klasifikasi
< 30%
Tidak terjadi kelelahan
30% s.d < 60%
Diperlukan perbaikan
60% s.d < 80%
Kerja dalam waktu singkat
80% s.d < 100%
Diperlukan tindakan segera
>100%
Tidak diperbolehkan beraktivitas

2.9              Penanggulangan Kelelahan Kerja
Mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindari sikap kerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh anggota tubuh (Tarwaka,2010)
            Sedangkan Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kelelahan disebabkan oleh banyak faktor yang sangat kompleks dan saling berkaitan, hal yang paling penting adalah mengupayakan secepat mungkin untuk menangani kelelahan yang muncul agar tidak menjadi kronis. Agar dapat menangani kelelahan dengan cepat, maka kita harus mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kelelahan. Berikut akan diuraikan faktor penyebab terjadinya kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan (Tarwaka, 2010).
1. Sesuai kapasitas kerja fisik
2. Sesuai kapasitas kerja mental
3. Redesain stasiun kerja ergonomis
4. Sikap kerja alamih
5. Kerja lebih dinamis
6. Kerja lebih bervariasi
7. Redesain lingkungan kerja
8. Reorganisasi kerja
9. Kebutuhan kalori seimbang
10. Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan


 

BAB III
METODE PENELITIAN

Para peneliti dapat memilih berjenis-jenis metode dalam melaksanakan penelitiannya. Metode yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur. Prosedur serta alat yang digunakan dalam penelitian adalah harus cocok dengan metode penelitian yang digunakan.

3.1       Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode survey. Hal ini dikarenakan peneliti ingin menguji kembali teori-teori yang sudah ada dengan variabel-variabelnya. Disini peneliti ingin melihat faktor-faktor penyebab kelelahan kerja  operator gerbang tol terhadap proses pelayanan berdasarkan tingkat volume arus kendaraan.
3.2       Jenis Penelitian
Jenis penelitian terbagi dalam 4 dimensi, yaitu penelitian berdasarkan manfaatnya, penelitian berdasarkan tujuannya, penelitian berdasarkan waktu, dan penelitian berdasarkan teknik penelitian data.
a.       Berdasarkan manfaat penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian murni karena berorientasi akademis dan hanya ingin menjawab pertanyaan peneliti.
b.      Berdasarkan tujuan penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kelelahan kerja operator gerbang tol terhadap proses pelayanan berdasarkan tingkat volume arus kendaraan
c.       Berdasarkan waktu penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional  karena hanya meneliti satu bagian dari suatu populasi dalam satu waktu tertentu. Penelitian ini hanya   berlangsung 1 hari
d.      Teknik pengumpulan data
 Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunkan teknik survey. Dengan  mendatangi lokasi penelitian.

3.3       Operasional Variabel Penelitian
Variabel yang hendak diteliti oleh penulis adalah tentang faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan kerja operator gerbang tol terhadap proses pelayanan berdasarkan tingkat volume arus kendaraan. Hal ini sehingga akan mendapatkan data yeng relevan dan dapat digunakan nantinya sebagai acuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang kenyataan di lapangan. Variabel independent dalam penelitian ini adalah proses pelayanan berdasarkan tingkat volume arus kendaraan. Variabel dependent dalam penelitian ini yaitu kelelahan kerja.
3.4       Populasi dan Sampel
a.         Populasi
Populasi dalam penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut yaitu seluruh operator yang bekerja digerbang tol baik berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.
b.         Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi sebanyak dua orang yang memiliki sifat-sifat yang sama yang merupakan sumber data. Penulis mengambil data secara random, karena jumlah anggota pada populasi cukup banyak.
3.5       Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini, penulis memakai metode deskriptif yaitu suatu metode dimana penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada sekarang. Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam rangka pembahasan suatu permasalahan yang ada didalam objek, maka perlu adanya data yang akurat. Adapun metode yang penulis maksud adalah:
1)   Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden yang sedikit.
2)   Daftar Pertanyaan
Yaitu Pengumpulan data dengan cara mengisi daftar pertanyaan  yang telah disiapkan oleh peneliti, daftar pertanyaan ditujukan kepada para operator yang menjadi sampel.
3)   Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung ke obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Pengamatan ini dapat dilakukan sesaat ataupun dapat diulang.
4)   Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, paraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film documenter, data yang relevan dalam penelitian. Sebagai bahan atau informasi pada saat menyusun laporan penelitian
3.6       Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah statistika deskriptif dan inferensial. Tingkat pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal.

3.7       Lokasi  Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada gerbang pembayaran jalan tol