TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian kelelahan
Defenisi tentang kelelahan mempunyai
beberapa pendapat yang berbeda-beda dari beberapa para ahli, namun memiliki
maksud yang sama. Berikut ini merupakan pengerti dari kelelahan menurut
beberapa para ahli yang terdiri dari sebagai berikut:
Menurut
Suma’mur P.K.(1996), kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda,
tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan
tubuh.
Menurut
A.M. Sugeng Budiono, dkk.(2000), kelelahan (fatigue) merupakan suatu
perasaan yang bersifat subyektif.Istilah kelelahan mengarah pada kondisi
melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan.
Menurut Eko Nurmianto (2003),
kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja.
Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan
kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statispun (static muscular
loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan
RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan
lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive).
2.2
Konsep Kelelahan Kerja
Kontraksi otot rangka yang lama dan kuat, dimana proses
metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supply energi yang dibutuhkan
serta membuang sisa metabolisme, khususnya asam laktat. Jika asam laktat yang
banyak dari persediaan ATP terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya.
Terbatasnya aliran darah pada otot ketika berkontraksi, otot menekan pembuluh
darah dan membawa oksigen sehingga menyebabkan terjadinya kelelahan (Gempur
Santoso, 2004).
Konsep kelelahan dewasa ini, sesudah dilakukan
percobaan-percobaan yang luas terhadap manusia dan hewan, menyatakan bahwa
keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran
yaitu cortex cerebri, yang dipengaruhi oleh 2 sistem antagonistik, yaitu
sistem menghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat
terdapat pada thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi
dan menyebabkan kecenderungan untuk mengantuk. Adapun sistem penggerak terdapat
dalam formation retikularis yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif
untuk konversi ergotropis dari peralatan dalam tubuh kearah bekerja, berkelahi,
melarikan diri dan lain-lain (Gempur Santoso, 2004).
2.3
Jenis Kelelahan
Menurut
Muchinsky (1987) menyatakan empat tipe kelelahan kerja yang terdiri dari
sebagai berikut:
1. Kelelahan otot (muscular fatigue)
Kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas yang membutuhkan
tenaga fisik yang banyak dan berlangsung lama. Tipe ini berhubungan dengan
perubahan biokimia tubuh dan dirasakan individu dalam bentuk sakit yang akut
pada otot. Kelelahan ini dapat dikurangi dengan mendesain prosedur kerja baru
yang melindungi individu dari pekerjaan yang terlalu berat, misalnya dengan
mendesain ulang peralatan atau penemuan alat-alat baru serta melakukan sikap
kerja yang lebih efisien.
2. Kelelahan mental (mental fatigue)
Kelelahan yang berhubungan dengan aktivitas kerja yang
monoton. Kelelahan ini dapat membuat individu kehilangan kendali akan pikiran
dan perasaan, individu menjadi kurang ramah dalam berinteraksi dengan orang
lain, pikiran dan perasaan yang seharusnya ditekan karena dapat menimbulkan
konflik dengan individu lain menjadi lebih mudah diungkapkan. Kelelahan ini
diatasi dengan mendesain ulang pekerjaan sehingga membuat karyawan lebih
bersemangat dan tertantang untuk menyelesaikan pekerjaan.
3. Kelelahan emosional (emotional
fatigue)
Kelelaha ini dihasilkan dari stres yang hebat dan umumnya
ditandai dengan kebosanan. Kelelahan ini berasal dari faktor-faktor luar di
tempat kerja, perusahaan dapat mengatasi kelelahan ini dengan memberikan
pelayanan konseling bagi karyawan agar kelelahan emosional yang dirasakan karyawan
dapat teratasi dan performansi kerja karyawan meningkat.
4. Kelelahan ketrampilan (skills
fatigue)
Kelelahan
yang berhubungan dengan menurunnya perhatian pada tugas-tugas tertentu seperti
tugas pilot atau pengontrol lalu lintas udara. Pada kelelahan tipe ini standar
akurasi dan penampilan kerja menurun secara progresif. Penurunan ini
diperkirakan menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan mobil dan pesawat
terbang, sehingga karyawan harus selalu diawasi dan diupayakan agar terhindar
dari kelelahan ini dengan pemberian waktu istirahat yang cukup
1.4
Proses Terjadi Kelelahan
Berdasarkan proses terjadinya kelelahan, maka kelelahan
dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Kelelahan Otot
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk.
(2000), kelelahan otot adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja
akibat kontraksi yang berulang. Kontraksi otot yang berlangsung lama
mengakibatkan keadaan yang disebut dengan kelelahan otot.Otot yang lelah
menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi,
berkurangnya koordinasi serta otot menjadi bergetar. Gejala kelelahan otot
dapat terlihat dan tampak dari luar (external signs). Dalam beberapa
pekerjaan, kelelahan otot ditandai dengan :
a. Menurunnya
ketinggian beban yang mampu diangkat.
b.
Merendahnya kontraksi dan relaksasi.
c. Interval antara stimulusdan awal kontraksi menjadi lebih
lama.
2. Kelelahan Umum
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk.
(2000) kelelahan umum adalah suatu perasaan yang menyebabkan yang disertai
adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas. Perasaan
adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi antara lain
:
a. Lelah
pada organ penglihatan.
b. Mengantuk
c. Stress
menyebabkan pikiran tegang.
d. Rasa
malas bekerja.
e. Menurunnya motivasi
kerja yang diakibatkan oleh kelelahan fisik dan psikis.
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk. (2000) jenis kelelahan
umum adalah terdiri dari beberapa hal yaitu:
a. Kelelahan penglihatan, muncul dari
terlalu letihnya mata.
b. Kelelahan seluruh tubuh, karena
beban fisik bagi seluruh organ tubuh.
c. Kelelahan mental, karena pekerjaan
yang bersifat mental dan intelektual.
d. Kelelahan syaraf, karena terlalu
tertekannya sistem psikomotorik.
e. Kelelahan kronis, karena terjadi
kelelahan dalam waktu panjang.
f. Kelelahan siklus hidup, bagian dari
irama hidup siang dan malam.
Menurut Grandjean (1988) disamping
kelelahan otot dan kelelahan umum, juga mengklasifikasikan kelelahan kedalam 7
bagian yaitu :
a.
Kelelahan visual, yaitu meningkatnya
kelelahan mata.
b.
Kelelahan tubuh secara umum, yaitu
kelelahan akibat beban fisik yang berlebihan.
c.
Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang
disebabkan oleh pekerjaan mental atau intelektual.
d.
Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang
disebabkan oleh tekanan berlebihan pada salah satu bagian sistem psikomotor,
seperti pada pekerjaan yang membutuhkan keterampilan.
e.
Pekerjaan
yang bersifat monoton.
f.
Kelelahan
kronis, yaitu kelelahan akibat akumulasi efek jangka panjang.
g. Kelelahan sirkadian, yaitu bagian
dari ritme siang-malam, dan memulai periode
1.5
Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat
Kerja
Menurut
Siswanto (1991) terdapat faktor penyebab kelelahan kerja. Adapun hal yang berkaitan
dengan beberapa hal sebagai berikut:
a. Pengorganisasian kerja yang tidak
menjamin istirahat dan rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik
yang tidak serasi dengan pekerjaan.
b. Faktor Psikologis, misalnya rasa
tanggungjawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik yang kronis atau
menahun.
c. Lingkungan kerja yang tidak menjamin
kenyamanan kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan
pekerja.
d. Status kesehatan dan status gizi.
e.
Monoton
yaitu pekerjaan atau lingkungan kerja yang membosankan.
Sedangkan Menurut Grandjean(1995)
penyebab terjadinya kelelahan kerja antara lain sebagai berikut :
a.
Intensitas
dan lama kerja mental dan fisik.
b.
Lingkungan
yaitu iklim, penerangan, kebisingan, getaran, dan lain-lain.
c.
Circadian
rhytm atau jam
biologis yaitu jam tidur digunakan untuk kerja.
d.
Problem
fisik yaitu berupa tanggung jawab, kekhawatiran konflik.
e.
Kenyerian
dan kondisi kesehatan, tidak fit sehingga cepat lelah.
f.
Nutrisi,
yaitu apabila nutrisi pekerja kurang maka akan cepat mengalami kelelahan.
2.6 Gejala
Kelelahan Kerja
Gilmer (1966) menyebutkan bahwa gejala-gejala kelelahan
terdiri dari dua faktor yang terdiri dari sebagai berikut:
1. Gejala yang Mungkin Berakibat pada
Pekerjaan
Gejala kelelahan kerja yang mungkin berakibat pada
pekerjaan, seperti :
a.
Penurunan
kesiagaan dan perhatian.
b.
Penurunan
dan hambatan persepsi.
c.
Cara
berpikir atau perbuatan anti sosial.
d.
Tidak
cocok dengan lingkungan.
e.
Depresi
f.
Kurang tenaga
g.
Kehilangan
inisiatif
2. Gejala Umum yang Sering Menyertai
Gejala diatas
Gejala kelelahan kerja bisa disertai dengan gejala-gejela umum,
seperti :
a.
Sakit
kepala
b.
Vertigo
c.
Gangguan
fungsi paru dan jantung.
d.
Kehilangan
nafsu makan.
e.
Gangguan
pencernaan
Sedangkan
menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk.,(2000)
mempunyai gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara
subyektif dan obyektif antara lain :
a.
Perasaan
lesu, ngantuk, dan pusing.
b.
Kurang
mampu berkonsentrasi.
c.
Berkurangnya
tingkat kewaspadaan.
d.
Persepsi
yang buruk dan lambat.
e.
Berkurangnya
gairah untuk bekerja.
f.
Menurunnya
kinerja jasmani dan rohani.
2.7
Akibat
Kelelahan Kerja
Menurut Menurut Suma’mur PK (1989) kelelahan kerja dapat
mengakibatkan penurunan kewaspadaan, konsentrasi dan ketelitian sehingga
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Sedangkan
menurut AM. Sugeng Budiono (2000) kelelahan kerja dapat mengakibatkan penurunan
produktivitas.Jadi kelelahan kerja dapat berakibat menurunnya perhatian,
perlambatan dan hambatan persepsi, lambat dan sukar berfikir, penurunan kemauan
atau dorongan untuk bekerja, menurunnya efisiensi dan kegiatan-kegiatan fisik
dan mental yang pada akhirnya menyebabkan kecelakan kerja dan terjadi penurunan
poduktivitas kerja.
2.8
Pengukuran
Kelelahan
Menurut (Tarwaka,
2010) sampai saat ini belum ada cara
untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang
dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indiktor yang menunjukan
kelelahan akibat kerja
1. Uji Performa Mental
Uji performa mental meliput yang terdiri
dari sebagai berikut:
a.
Masalah aritmatika.
b.
Uji konsentrasi (crossing-out tes).
c.
Uji estimasi (dengan uji estimasi
interfal waktu).
d.
Uji memori atau ingatan.
Pada uji ini seseorang dipacu untuk
menentukan dan mengeluarkan tanda-tanda kelelahan. Faktor lain yang berpengaruh
adalah pelatihan dan pengalaman. Apabila uji ini terus dilakukan maka gejala
kelelahan akan muncul dengan sendirinya (Grandjean, 1997)
2. Uji Schneider
Dalam penelitiannya dokter Soetomo,
(1981) beliau memaparkan bahwa dalam melakukan uji ini harus mempertimbangkan 6
hal:
a. Frekuensi
nadi dalam sikap berbaring
b. Frekuensi
nadi dalam sikap berdiri
c. kenaikan
antara Frekunsi nadi saat berdiri dan saat berbaring
e.
Kenaikan nadi setelah suatu kerja
tertentu
f.
Waktu yang diperlukan nadi untuk kembali
normal setelah melakukan kerja tersebut.
g.
Perubahan tekanan sistol pada saat
berbaring dan berdiri
Keenam variabel diatas kemudian diberi
nilai bekisar +3 dan -3 yang kemudian diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Uji
Schneider
Skor
|
Penilaian
|
Nilai <7
|
unstatisfactory
|
Nilai 8-7
|
Doubfull
|
Nilai 10-9
|
Fair
|
Nilai 13-11
|
Very good
|
Nilai 18-14
|
Excellent
|
3. Kualitas dan kuantitas kerja
Pada metode ini,
kualitas output digambarkan sebagai suatu jumlah proses kerja (waktu yang
digunakan dalam setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit
waktu. Kelelahan dan rata-rata jumlah produksi tentunya saling berhubungan.
Namun uji ini tidak dapat dilakukan secara langsung mengingat banyaknya faktor
yang harus dipertimbangkan seperti: target produksi, faktor sosial dan
psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan
produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan kelelahan, tetapi faktor
tersebut bukanlah merupakan causal factor
4. Uji Psiko-motor (Psychomotor test)
Metode ini melibatkan
fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang dapat
digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka
waktu dari pemberian rangsang sampai pada suatu saat kesadaran atau
dilaksanakanya kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting
suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Kelemahan dari uji ini ialah muncul
suatu kenyataan bahwa pada uji ini sering sekali membuat permintaan yang sulit
pada subjek yang diteliti, sehingga dapat meningkatkan ketertarikan
5. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)
Frekuensi kerlingan
mulus (Flicker-fusion frecuensi) dari mata adalah kemampuan mata untuk
membedakan cahaya berkedip dengan cahaya yang dipancarkan secara
terus-menerus.Cara menguji kelelahan denagn metode hilangnya kelipan adalah
sebagai berikut: responden yang hendak diteliti didudukan didepan sumber cahaya
yang berkedip. Kedipan kemudian dari lambat (frekuensi rendah), kemudian
perlahan-lahan dinaikan semakin cepat. Dan cahaya tersebut bukan lagi dianggap
cahaya terputus-putus, melainkan cahaya kontiniu (mulus). Frekuensi batas atau
ambang dari kelipan itulah yang disebut “frekuensi
kelipan mulus”. Bagi orang yang tidak
lelah, frekuensi ambang bernilai 2 Hz jika
menggunakan cahaya pendek atau 0.6 Hz.
Pada orang yang lelah sekali atau setelah menghadapi pekerjaan monoton, angka
frekunsi kerling mulus bias antara 0.5 Hz atau dibawah dari angka frekuensi
kerling mulus orang yang tidak lelah (Suyanto, 2009).
6. Pengukuran kelelahan secara subjektif
Kuesioner kelelahan
subjektif (Subjectif Self Rating Test)
dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) merupakan salah satu kuesioner
yang dapat mengukur tingkat kelelahan subjektif. Berisi 30 daftar pertanyaan
dimana pernyataan nomor 1 sampai 10 mengenai pelemahan kegiatan, pertanyaan 11
sampai 20 pelemahan motivasi dan pertanyaan 21 sampai 30 untuk gambaran
kelelahan fisik. Dimana setiap pertanyaan diberi scoring dengan skala Likert (4
Skala) dimana:
- Skor 1 = Tidak pernah merasakan
- Skor 2 = Kadang-kadang merasakan
- Skor 3 = Sering merasakan
- Skor 4 = Sering sekali merasakan
Dimana
untuk menentukan klasifikasi kelelahan subjektif berdasarkan total skor
individu menggunakan pedoman sebagai berikut (Tarwaka, 2010).
Tabel
2.2 Klasifikasi Tingkat Kelelahan
Subjektif
Tingkat
Kelelahan
|
Total
Individu
|
Skor
Klasifikasi Kelelahan
|
1
|
30-52
|
Rendah
|
2
|
53-75
|
Sedang
|
3
|
76-98
|
Tinggi
|
4
|
99-120
|
Sangat Tinggi
|
7. Beban Kardiovaskuler (cardiovascular load = %CVL)
Denyut nadi merupakan salah satu variabel
fisiologis tubuh yang menggambarkan tubuh dalam keadaan statis atau dinamis.
Oleh karena itu denyut
nadi dipakai sebagai salah satu
indicator yang dipakai untuk mengetahui berat ringanya beban kerja seseorang.
Semakin berat beban kerja, maka akan semakin
pendek waktu kerja seseorang untuk
bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis lainya (Azizah, 2005).
Beban
Kardiovaskuler (cardiovascular load =
%CVL) adalah perbandingan antara peningkatan denyut nadi kerja dengan denyut
nadi maksimum, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Grandjean dalam Tarwaka
(2010), mendefinisikan beberapa jenis denyut nadi yaitu sebagai berikut:
1. Denyut Nadi Istirahat: adalah rerata
denyut nadi sebelum pekerjaan
dimulai
2. Denyut Nadi Kerja: adalah rerata
denyut nadi selama bekerja
3. Nadi Kerja: adalah selisih antara
denyut nadi istirahat dan denyut nadi
kerja.
Dimana untuk menentukan %CVL diketahui
bahwa denyut nadi maksimum adalah 220/menit (-umur) untuk laki-laki dan 200-
umur/menit untuk wanita. Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian
dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut
(Tarwaka,2010).
Tabel 2.3 Klasifikasi
Berdasarkan Cardiovaskular Load (%CVL)
%
CVL
|
100
Klasifikasi
|
< 30%
|
Tidak terjadi kelelahan
|
30% s.d < 60%
|
Diperlukan perbaikan
|
60% s.d < 80%
|
Kerja dalam waktu singkat
|
80% s.d < 100%
|
Diperlukan tindakan segera
|
>100%
|
Tidak diperbolehkan beraktivitas
|
2.9
Penanggulangan
Kelelahan Kerja
Mengurangi tingkat
kelelahan maka harus dihindari sikap kerja yang bersifat statis dan diupayakan
sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap
kerja lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja yang
statis menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis, sehingga
sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh anggota tubuh (Tarwaka,2010)
Sedangkan
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kelelahan disebabkan oleh banyak
faktor yang sangat kompleks dan saling berkaitan, hal yang paling penting
adalah mengupayakan secepat mungkin untuk menangani kelelahan yang muncul agar
tidak menjadi kronis. Agar dapat menangani kelelahan dengan cepat, maka kita
harus mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kelelahan. Berikut akan
diuraikan faktor penyebab terjadinya kelelahan, penyegaran dan cara menangani
kelelahan (Tarwaka, 2010).
1. Sesuai kapasitas kerja fisik
2. Sesuai kapasitas kerja mental
3. Redesain stasiun kerja ergonomis
4. Sikap kerja alamih
5. Kerja lebih dinamis
6. Kerja lebih bervariasi
7. Redesain lingkungan kerja
8. Reorganisasi kerja
9. Kebutuhan kalori seimbang
10. Istirahat setiap 2 jam kerja dengan
sedikit kudapan
METODE PENELITIAN
Para peneliti dapat memilih
berjenis-jenis metode dalam melaksanakan penelitiannya. Metode yang dipilih
berhubungan erat dengan prosedur. Prosedur serta alat yang digunakan dalam
penelitian adalah harus cocok dengan metode penelitian yang digunakan.
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kuantitatif dengan metode survey. Hal ini dikarenakan peneliti ingin menguji
kembali teori-teori yang sudah ada dengan variabel-variabelnya. Disini peneliti
ingin melihat faktor-faktor penyebab kelelahan kerja operator gerbang tol terhadap proses
pelayanan berdasarkan tingkat volume arus kendaraan.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian terbagi dalam 4
dimensi, yaitu penelitian berdasarkan manfaatnya, penelitian berdasarkan
tujuannya, penelitian berdasarkan waktu, dan penelitian berdasarkan teknik
penelitian data.
a. Berdasarkan
manfaat penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian murni karena berorientasi
akademis dan hanya ingin menjawab pertanyaan peneliti.
b. Berdasarkan
tujuan penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab kelelahan kerja operator gerbang tol terhadap proses pelayanan
berdasarkan tingkat volume arus kendaraan
c.
Berdasarkan waktu penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional karena hanya meneliti satu bagian dari suatu
populasi dalam satu waktu tertentu. Penelitian ini hanya berlangsung 1
hari
d. Teknik
pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunkan
teknik survey. Dengan mendatangi
lokasi penelitian.
3.3 Operasional Variabel Penelitian
Variabel
yang hendak diteliti oleh penulis adalah tentang faktor-faktor yang menyebabkan
kelelahan kerja operator gerbang tol terhadap proses pelayanan berdasarkan
tingkat volume arus kendaraan. Hal ini sehingga akan mendapatkan data yeng
relevan dan dapat digunakan nantinya sebagai acuan untuk mendapatkan bukti
empiris tentang kenyataan di lapangan. Variabel independent dalam penelitian
ini adalah proses pelayanan berdasarkan tingkat volume arus kendaraan. Variabel
dependent dalam penelitian ini yaitu kelelahan kerja.
3.4 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam
penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut yaitu seluruh operator
yang bekerja digerbang tol baik berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.
b. Sampel
Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi sebanyak dua
orang yang memiliki sifat-sifat yang sama yang merupakan sumber data. Penulis
mengambil data secara random, karena jumlah anggota pada populasi cukup banyak.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Penelitian
ini, penulis memakai metode deskriptif yaitu suatu metode dimana penelitian
yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada sekarang. Untuk mencapai sasaran
yang tepat dalam rangka pembahasan suatu permasalahan yang ada didalam objek,
maka perlu adanya data yang akurat. Adapun metode yang penulis maksud adalah:
1)
Wawancara
Wawancara adalah suatu
cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari
sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden
secara lebih mendalam serta jumlah responden yang sedikit.
2)
Daftar Pertanyaan
Yaitu Pengumpulan data
dengan cara mengisi daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti,
daftar pertanyaan ditujukan kepada para operator yang menjadi sampel.
3)
Observasi
Observasi adalah
pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung ke obyek penelitian untuk
melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Pengamatan ini dapat dilakukan
sesaat ataupun dapat diulang.
4)
Dokumentasi
Dokumentasi adalah
ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi
buku-buku yang relevan, paraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film
documenter, data yang relevan dalam penelitian. Sebagai bahan atau informasi
pada saat menyusun laporan penelitian
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah statistika
deskriptif dan inferensial. Tingkat pengukuran yang digunakan adalah skala
ordinal.
3.7 Lokasi
Penelitian
Lokasi
penelitian ini dilakukan pada gerbang pembayaran jalan tol